Sunday, February 8, 2015

Dari Mall ke Kota lama

Orang Jakarta adalah orang yang paling senang berjalan-jalan, berbelanja dan menikmati malam sambil bersantap. Kebanyakan kegiatan ini dilakukan didalam Mall yang terus menerus dibangun di segala penjuru kota. Di dalam mall, orang dapat melihat barang-barang, bertemu teman, duduk di puja sera bersama keluarga. Menjadi pertanyaan adalah: Mengapa kegiatan ini tidak di lakukan di Kota Tua yang bersejarah? Padahal di Eropa kegiatan ini dilakukan di kota lama. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk menghidupkan kota lama seperti mengadakan pasar malam atau kegiatan seni di halaman museum Fatahilah. Tetapi semua ini bersifat sementara karena setelah kegiatan ini berakhir, kota lama menjadi sepi lagi.
 
Padahal berjalan-jalan dimalam hari merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan, suasana malam selalu menjadi tema yang di sajikan kepada pengunjung di mall-mall mewah, sehingga selain dihadirkan elemen-elemen disain yang menimbulkan suasana kuno juga plafon pujasera-pun di cat warna hitam.
 
Arsitek selalu berpikir bagaimana menata kota lama yang indah tanpa memikirkan factor apa yang mendorong orang mengunjungi kota lama. Selain itu, arsitek tidak dapat berbuat banyak karena terkait banyak hal diluar keahliannya seperti menghidupkan kegiatan ekonomi. Dan jangan lupa, menghidupkan kota lama juga terkait dengan politik pembangunan kota. Pemerintah DKI harus di apresiasi dengan usaha untuk merevitalisasi kota lama. Tetapi itu tidak cukup karena juga membutuhkan partisipasi penduduk Jakarta. Sedang penduduk Jakarta bersifat pasif dalam revitalisasi kota lama. Memang sekarang muncul berbagai organisasi untuk kota lama, Koranpun berperan dalam mengkampanyekan kegiatan dikota lama. Tetapi rasanya semua itu masih kurang.
 
Kesulitan pemerintah kota karena banyak bangunan di kota tua Jakarta yang dimiliki perusahaan, dan perusahaan ini tutup dimalam hari. Di Eropa yang hawanya dingin, sedikit orang yang suka jalan-jalan di malam hari, mereka suka jalan-jalan di siang hari ketika matahari masih ada dan tidak terlalu dingin. Kebalikannya, di Indonesia orang selalu menghindari jalan-jajan di siang hari karena hawanya sangat panas. Bahkan di kota tua Jakarta suhu siang hari mencapai 37 derajat. Sehingga orang lebih suka jalan-jalan di malam hari dimana matahari sudah tenggelam. Tetapi bagaimana mereka memilih jalan-jalan di kota lama sedang perkantoran sudah tutup dan suasana cenderung sepi? Itulah mengapa orang Jakarta memilih jalan-jalan di mall bukan di kota lama. Usaha pemerintah untuk menghidupkan kota lama dengan melakukan berbagai kegiatan seperti pasar malam atau pusat jajan malam hari di kota lama harus bersifat permanen. Kalau kota lama dikunjungi  orang dan ramai, maka revitalisasi akan lebih mudah di jalankan.
 
Tidak hanya kota lama yang berada di sekitar kali besar, Glodok dan Pasar Baru yang sebenarnya bagian dari kota lama, juga selalu sepi dimalam hari. Berbeda dengan daerah disekitar Kali Besar, Glodok dan Pasar baru yang berada di selatan kota lama merupakan deretan ruko yang berpenghuni dimalam hari. Tetapi kedua daerah ini juga sepi dimalam hari. Glodok dan Pasar baru yang ramai orang berbelanja di siang hari, semua toko-tokonya tutup ketika matahari tenggelam. Ini sebenarnya menjadi bagian yang harus diperhatikan pemerintah kota sehingga kegiatan malam hari tidak terpusat di Mall.   
 
Kegiatan jalan-jalan dimalam hari yang bukan hanya di mall tetapi di pusat kota lama juga ada di Indonesia seperti di kota Yogyakarta yang jaraknya 538 km dari Jakarta yakni di jalan Malioboro. Puncak keramaian Jalan Malioboro justru di malam hari ketika penduduk dan wisatawan tumpah ruah disana. Kegiatan seperti ini juga pasti bisa dihidupkan di Jakarta.
 
Merencanakan kota memang bukan pekerjaan mudah. Mengubah kegiatan manusia supaya membuka toko di Glodok dan Pasar Baru di malam hari dan mengubah perilaku penduduk kota agar jalan-jalan di Glodok dan pasar baru tatkala matahari tenggelam memang bukan semudah membalikkan tangan.
Namun bagaimanapun juga kita harus bisa menghidupkan kembali kota lama Jakarta!


No comments:

Post a Comment