Jakarta
bukanlah tempat yang menarik para wisatawan seperti Bali. Walaupun ada
jalan-jalan yang indah seperti Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, dua jalan ini
bukanlah tempat turis berbelanja. Satu-satunya tujuan wisata adalah Kota Tua
Jakarta atau yang dulu dinamai Batavia. Karena kotanya memburuk dan banyak
bangunan seperti Kastil yang semestinya menjadi tempat tujuan wisata telah
dihancurkan, sedikit turis yang mengujunginya. Ada sedikit bangunan yang masih
bagus kondisinya, tetapi lingkungannya rusak. Ini adalah tantangan pemerintah
untuk merevitalisasi kota tua Jakarta. Sekarang sedang ada proyek revitalisasi
di kota tua Jakarta maka beberapa bangunan ditutup untuk renovasi. Tetapi
preservasi bangunan ini tidak direncanakan dalam kerangka yang menyeluruh
dengan masalah yang lain.
Salah
satu focus pariwisata adalah museum fatahilah yang dulunya adalah balai kota. Ini
bukannya balai kota yang dibangun bersamaan dengan pembangunan Batavia;
bangunan ini dibangun tahun 1707 sampai dengan 1712. Satu abad kemudian tampak
depannya diubah seperti sekarang. Terima kasih Tuhan bahwa Daendels tidak
menghancurkan bangunan ini walaupun banyak bangunan tua yang diruntuhkan
bersama tembok kota. Material bangunan dari reruntuhan itu dipakai untuk
membangun kompleks pemerintahan di selatan kota tua sebagai Batavia baru.
Museum
Fatahilah menyimpan banyak furniture tua yang di pakai sejak Batavia di bangun.
Karena itu didalam bangunan kita dapat
menyaksikan kehidupan kuno kota ini. Bangunan ini memiliki sejarah panjang
dihalaman belakangnya. Ada juga ruang-ruang yang dulu dipakai sebagai penjara
terletak dibawah bangunan utama.
Di
depan Museum Fatahilah, menyeberangi alun-alun adalah café Batavia. Ini adalah
restoran favorit para turis. Tidak seperti bangunan lain disekitarnya yang
telah bergaya art-deco Bangunan ini masih dalam bentuk asli Ruko Batavia. Di
dalam restoran ini kita dapat menikmati nuansa Batavia tua. Beberapa restoran
juga menggunakan bagian dari bangunan tua sebagai café seperti bekas galangan
kapal.
Tidak
jauh dari Museum fatahilah adalah Kali Besar. Disepanjang sungai adalah ruko
yang berjajar di sisi Timur dan Barat sungai. Beberapa Ruko masih asli. Salah
satu rumah berwarna merah adalah rumah bekas gubernur jendral Gustaff von
Imhoff. Interior bangunannya masih asli.
Di
kota tua Jakarta hanya alun-alun didepan Museum Fatahilah dan sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat pejalan kaki. Tempat lain disiksa oleh kemacetan
lalu-lintas. Karena itu wisatawan selalu menghindari tempat yang mengerikan
ini. Konsekuensinya hanya sedikit wisatawan yang berkunjung di kota tua
Jakarta. Di samping masalah yang rumit itu, tidak ada atraksi wisata selain
tempat yang berantakan. Akan berbeda jika
pemerintah merevitalisasi beberapa tempat seperti kastil yang akan menjadi
atraksi baru bagi pariwisata. Tetapi sangat sulit untuk merevitalisasi bangunan
tua yang sudah dihancurkan karena memiliki masalah hak waris yang kompleks dan
hampir tidak mungkin diselesaikan.
Kotor
adalah masalah yang lain bagi wisatawan kota tua. Bukan hanya Kali Besar yang
airnya hitam karena polusi, orang juga membuang sampah sembarangan. Pada siang
hari banyak pedagang yang membuka dagangannya dipinggir jalan, membuat pinggir
jalan berantakan. Semua memberi kesan buruk bagi wisatawan dan penduduk Jakarta
lainnya.
Walaupun
demikian, kita mengapresiasi usaha pemerintah kota merevitalisasi kota tua
Jakarta – Batavia. Kami percaya usaha ini tidak hanya memberi dampak positif
untuk pariwisata, juga untuk meningkatkan kualitas hidup di Jakarta. Kota tua
Jakarta dari dulu hingga sekarang adalah identitas tumbuhnya kehidupan urban di
Indonesia secara menyeluruh.
No comments:
Post a Comment