Saturday, February 7, 2015

Pariwisata di Batavia – Kota Tua Jakarta



Jakarta bukanlah tempat yang menarik para wisatawan seperti Bali. Walaupun ada jalan-jalan yang indah seperti Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, dua jalan ini bukanlah tempat turis berbelanja. Satu-satunya tujuan wisata adalah Kota Tua Jakarta atau yang dulu dinamai Batavia. Karena kotanya memburuk dan banyak bangunan seperti Kastil yang semestinya menjadi tempat tujuan wisata telah dihancurkan, sedikit turis yang mengujunginya. Ada sedikit bangunan yang masih bagus kondisinya, tetapi lingkungannya rusak. Ini adalah tantangan pemerintah untuk merevitalisasi kota tua Jakarta. Sekarang sedang ada proyek revitalisasi di kota tua Jakarta maka beberapa bangunan ditutup untuk renovasi. Tetapi preservasi bangunan ini tidak direncanakan dalam kerangka yang menyeluruh dengan masalah yang lain.

Salah satu focus pariwisata adalah museum fatahilah yang dulunya adalah balai kota. Ini bukannya balai kota yang dibangun bersamaan dengan pembangunan Batavia; bangunan ini dibangun tahun 1707 sampai dengan 1712. Satu abad kemudian tampak depannya diubah seperti sekarang. Terima kasih Tuhan bahwa Daendels tidak menghancurkan bangunan ini walaupun banyak bangunan tua yang diruntuhkan bersama tembok kota. Material bangunan dari reruntuhan itu dipakai untuk membangun kompleks pemerintahan di selatan kota tua sebagai Batavia baru.

Museum Fatahilah menyimpan banyak furniture tua yang di pakai sejak Batavia di bangun. Karena itu  didalam bangunan kita dapat menyaksikan kehidupan kuno kota ini. Bangunan ini memiliki sejarah panjang dihalaman belakangnya. Ada juga ruang-ruang yang dulu dipakai sebagai penjara terletak dibawah bangunan utama.

Di depan Museum Fatahilah, menyeberangi alun-alun adalah café Batavia. Ini adalah restoran favorit para turis. Tidak seperti bangunan lain disekitarnya yang telah bergaya art-deco Bangunan ini masih dalam bentuk asli Ruko Batavia. Di dalam restoran ini kita dapat menikmati nuansa Batavia tua. Beberapa restoran juga menggunakan bagian dari bangunan tua sebagai café seperti bekas galangan kapal.

Tidak jauh dari Museum fatahilah adalah Kali Besar. Disepanjang sungai adalah ruko yang berjajar di sisi Timur dan Barat sungai. Beberapa Ruko masih asli. Salah satu rumah berwarna merah adalah rumah bekas gubernur jendral Gustaff von Imhoff. Interior bangunannya masih asli.

Di kota tua Jakarta hanya alun-alun didepan Museum Fatahilah dan sekitarnya yang dipakai sebagai tempat pejalan kaki. Tempat lain disiksa oleh kemacetan lalu-lintas. Karena itu wisatawan selalu menghindari tempat yang mengerikan ini. Konsekuensinya hanya sedikit wisatawan yang berkunjung di kota tua Jakarta. Di samping masalah yang rumit itu, tidak ada atraksi wisata selain tempat yang berantakan. Akan berbeda jika pemerintah merevitalisasi beberapa tempat seperti kastil yang akan menjadi atraksi baru bagi pariwisata. Tetapi sangat sulit untuk merevitalisasi bangunan tua yang sudah dihancurkan karena memiliki masalah hak waris yang kompleks dan hampir tidak mungkin diselesaikan.

Kotor adalah masalah yang lain bagi wisatawan kota tua. Bukan hanya Kali Besar yang airnya hitam karena polusi, orang juga membuang sampah sembarangan. Pada siang hari banyak pedagang yang membuka dagangannya dipinggir jalan, membuat pinggir jalan berantakan. Semua memberi kesan buruk bagi wisatawan dan penduduk Jakarta lainnya.

Walaupun demikian, kita mengapresiasi usaha pemerintah kota merevitalisasi kota tua Jakarta – Batavia. Kami percaya usaha ini tidak hanya memberi dampak positif untuk pariwisata, juga untuk meningkatkan kualitas hidup di Jakarta. Kota tua Jakarta dari dulu hingga sekarang adalah identitas tumbuhnya kehidupan urban di Indonesia secara menyeluruh. 


    

No comments:

Post a Comment