Tijgersgracht
Bukan suatu yang berlebihan jika para penyair memuja kota Batavia karena kanal-kanalnya yang ramai untuk arteri transportasi. Juga bukan suatu kebetulan bahwa kanal utama kota sebagian besar dibaptis dengan nama yang berasal dari dunia hewan tropis. Ada kanal buaya, singa, badak, macan dan kerbau yang semuanya terhubung menjadi kanal lalu-lintas. Batavia adalah kota yang dibangun dengan model “Vaderlandsch”, dengan sungai besar sebagai kanal utama yang terletak ditengah diantara kanal-kanal dan konstruksi batubata.
Sungai besar tadi adalah sungai Ciliwung yang memiliki enam belas anak sungai, mengalir dari pegunungan yang biru, dengan air jernih penuh berkah. Batavia dibangun berdasarkan rencana yang solid. Sehingga tidak seperti Amsterdam, disini tidak ada aliran kanal yang berkelak-kelok.
Kanal-kanal Batavia, kecuali Kanal yang Lingkar ke Castle, merupakan potong-potongan yang masing-masing persegi panjang dan didistribusikan pada seluruh paralellogrammen kota yang benar-benar teduh karena pohon-pohon di sepanjang kanal. Kota ini dibangun di atas medan aluvial dan rawa, dan, setelah dipilih tempatnya, direncanakan oleh majelis kanal dan saluran air, dengan memperhitungkan aliran air, kanal-kanal ini juga dapat dipakai lalu lintas diatas air. Untuk kepentingan perdagangan di sini semua bangunan penting diberi halaman dan memperbaiki ketinggian pada jalan-jalan kota menjadi Batavia baru .
Seperti di kota di Cape Colony (semenanjung Harapan) yang banyak yang terkenal diseluruh dunia memiliki nama-nama Belanda. Melihat itu, sebenarnya nama binatang tropis pada Kanal-kanal Batavia adalah penamaan yang salah kaprah. Harus diakui Sejarah yang kota ini bercerita tentang kenyataan bahwa kota ini berada pada lingkungan yang dulu masih hutan belantara penuh dengan binatang liar seperti buaya, badak, dan harimau, dan berubah menjadi perkotaan. Buaya misalnya, tidak hanya senang di daerah pedalaman, tetapi juga di kota. Dulu ketika Gubernur Jendral Carpentier kembali dari berburu, sesudah tiba di kota mendapati kuda yang sedang dimandikan di seret buaya ke kedalaman. Orang yang memandikan kuda itu hanya terbengong dan kemudian tergelincir. Sebagai balasannya pada tanggal 10 Agustus 1641 kanal di belakang gerbang Amsterdam, ada buaya tertangkap. Prajurit yang menangkap juga menemukan telur yang besar.
Alam memang sering membahayakan manusia. Pada 1692, tiga tentara digigit dan dianiaya buaya. Buaya itu kemudian ditangkap dan digantung. Binatang rakasa ini melawan dengan kaki belakang dan ekor yang kuat, menghantam tiang. "Ini," tulis penulis sejarah nakal, "adalah contoh pertama yang saya temui ada buaya di hukum di tiang gantungan.
Ada juga kanal kerbau. Di kota dengan beberapa penduduk asli disekitarnya yang bertani bukan hal yang aneh karena biasanya kerbau itu diperlukan untuk menarik bajak. Tetapi ada kanal yang diberi nama badak liar, itu baru aneh. Pada 1661 ditangkap oleh beberapa penduduk asli seekor badak di sekitar dinding benteng. Sedang kanal singa diambil dari nama binatang yang bukan asli di pulau ini, tetapi dibawa dari semenanjung Harapan untuk kebun binatang di istana. Satu dari antaranya lolos dari kandang dan kemudian ditembak oleh kapten Winkelerzand.
Namun, yang paling sering adalah pemberitahuan fragmentaris tentang harimau. Menurutnya selagi kecil binatang ini tidak begitu berbahaya ukurannya kecil dan indah seperti seekor anjing. Namun harimau benar-benar tidak boleh untuk bermain-main. Setengah abad setelah berdirinya kota mereka begitu banyak binatang ini di sekitarnya. Orang berharap binatang ini terjebak dalam lubang dan kemudiandapat dibunuh. Menurut catatan ada seekor harimau besar, orang menyebutnya sebagai harimau hitam, mungkin yang maksud adalah panter. Pada tahun 1659, seorang Melayu penebang kayu datang bercerita tentang harimau yang mengamuk ketika para budak malam itu sedang duduk di sekitar api dan kemudian lari kedalam hutan. Kejadian ini letaknya tidak jauh dari kota tepatnya di Ancol. Kemudian ada orang Tionghoa yang datang dan berhasil menangkapnya, orang ini mendapat selusin real sebagai hadiah.
Sungai besar tadi adalah sungai Ciliwung yang memiliki enam belas anak sungai, mengalir dari pegunungan yang biru, dengan air jernih penuh berkah. Batavia dibangun berdasarkan rencana yang solid. Sehingga tidak seperti Amsterdam, disini tidak ada aliran kanal yang berkelak-kelok.
Kanal-kanal Batavia, kecuali Kanal yang Lingkar ke Castle, merupakan potong-potongan yang masing-masing persegi panjang dan didistribusikan pada seluruh paralellogrammen kota yang benar-benar teduh karena pohon-pohon di sepanjang kanal. Kota ini dibangun di atas medan aluvial dan rawa, dan, setelah dipilih tempatnya, direncanakan oleh majelis kanal dan saluran air, dengan memperhitungkan aliran air, kanal-kanal ini juga dapat dipakai lalu lintas diatas air. Untuk kepentingan perdagangan di sini semua bangunan penting diberi halaman dan memperbaiki ketinggian pada jalan-jalan kota menjadi Batavia baru .
Seperti di kota di Cape Colony (semenanjung Harapan) yang banyak yang terkenal diseluruh dunia memiliki nama-nama Belanda. Melihat itu, sebenarnya nama binatang tropis pada Kanal-kanal Batavia adalah penamaan yang salah kaprah. Harus diakui Sejarah yang kota ini bercerita tentang kenyataan bahwa kota ini berada pada lingkungan yang dulu masih hutan belantara penuh dengan binatang liar seperti buaya, badak, dan harimau, dan berubah menjadi perkotaan. Buaya misalnya, tidak hanya senang di daerah pedalaman, tetapi juga di kota. Dulu ketika Gubernur Jendral Carpentier kembali dari berburu, sesudah tiba di kota mendapati kuda yang sedang dimandikan di seret buaya ke kedalaman. Orang yang memandikan kuda itu hanya terbengong dan kemudian tergelincir. Sebagai balasannya pada tanggal 10 Agustus 1641 kanal di belakang gerbang Amsterdam, ada buaya tertangkap. Prajurit yang menangkap juga menemukan telur yang besar.
Alam memang sering membahayakan manusia. Pada 1692, tiga tentara digigit dan dianiaya buaya. Buaya itu kemudian ditangkap dan digantung. Binatang rakasa ini melawan dengan kaki belakang dan ekor yang kuat, menghantam tiang. "Ini," tulis penulis sejarah nakal, "adalah contoh pertama yang saya temui ada buaya di hukum di tiang gantungan.
Ada juga kanal kerbau. Di kota dengan beberapa penduduk asli disekitarnya yang bertani bukan hal yang aneh karena biasanya kerbau itu diperlukan untuk menarik bajak. Tetapi ada kanal yang diberi nama badak liar, itu baru aneh. Pada 1661 ditangkap oleh beberapa penduduk asli seekor badak di sekitar dinding benteng. Sedang kanal singa diambil dari nama binatang yang bukan asli di pulau ini, tetapi dibawa dari semenanjung Harapan untuk kebun binatang di istana. Satu dari antaranya lolos dari kandang dan kemudian ditembak oleh kapten Winkelerzand.
Namun, yang paling sering adalah pemberitahuan fragmentaris tentang harimau. Menurutnya selagi kecil binatang ini tidak begitu berbahaya ukurannya kecil dan indah seperti seekor anjing. Namun harimau benar-benar tidak boleh untuk bermain-main. Setengah abad setelah berdirinya kota mereka begitu banyak binatang ini di sekitarnya. Orang berharap binatang ini terjebak dalam lubang dan kemudiandapat dibunuh. Menurut catatan ada seekor harimau besar, orang menyebutnya sebagai harimau hitam, mungkin yang maksud adalah panter. Pada tahun 1659, seorang Melayu penebang kayu datang bercerita tentang harimau yang mengamuk ketika para budak malam itu sedang duduk di sekitar api dan kemudian lari kedalam hutan. Kejadian ini letaknya tidak jauh dari kota tepatnya di Ancol. Kemudian ada orang Tionghoa yang datang dan berhasil menangkapnya, orang ini mendapat selusin real sebagai hadiah.
No comments:
Post a Comment